Kamis, 30 Mei 2013

tumbuhan lumut dan tumbuhan paku


[pteridophyte-life-cycle.gif]PENDIDIKAN - DAUR HIDUP TUMBUHAN PAKU


Metagenesis- Daur hidup paku
Tumbuhan paku atau dikenal dengan (Pterydophyta) adalah kelompok kingdom Plantae yang secara evolusi lebih maju dibandingkan Bryophyta (Lumut) karena sudah mempunyai jaringan pengangkut Xilem dan Floem (Tracheophyta) , selain akarnya sudah jelas dan membentuk sistem perakaran serabut.
Secara keseluruhan Paku dan Lumut mempunyai persamaan adanya metagenesis , yaitu adanya peristiwa pergiliran keturunan dari fase sexual ke fase asexual ke fase sexual lagi sehingga membentuk daur/cyclus.
Karakter khas pada Pteridophyta ( tumbuhan paku)

Tumbuhan paku dewasa yang dijumpai di alam merupakan fase sporofit yang menghasilkan spora sebagai alat perkembangbiakan seksual.
Spora yang jatuh ditempat lembab akan tumbuh menjadi protalium atau prothallus yang merupakan fase gametofit yang berwujud tumbuhan kecil berupa lembaran berwarna hijau
Fase gametofitnya lebih pendek daripada fase sporofitnya.

Daur hidup tumbuhan paku mengenal pergiliran keturunan, yang terdiri dari dua fase
Fase Gametofit
Fase Sporofit.

Tumbuhan paku yang mudah kita lihat merupakan bentuk fase sporofit karena menghasilkan spora.
Bentuk generasi fase gametofit dinamakan protalus (prothallus) atau protalium (prothallium),
PROTHALLIUM
Prothallium berwujud tumbuhan kecil berupa lembaran berwarna hijau, mirip lumut hati,
tidak berakar (tetapi memiliki rizoid sebagai penggantinya)
tidak berbatang, tidak berdaun.
Prothallium tumbuh dari spora yang jatuh di tempat yang lembab.
Dari prothallium TUMBUH anteridium (antheridium, organ penghasil spermatozoid atau sel kelamin jantan) dan arkegonium (archegonium, organ penghasil ovum atau sel telur).
Pembuahan mutlak memerlukan bantuan air sebagai media spermatozoid berpindah menuju archegonium. Ovum yang terbuahi berkembang menjadi zigot, yang pada gilirannya tumbuh menjadi tumbuhan paku baru.
TUMBUHAN PAKU
Berupa tumbuhan yang dewasa yang berakar , berbatang dan berdaun
Daun yang muda menggulung
Daunnya ada yang berukaran besar (makrofil) maupun kecil ( mikrofil ) dan ditemukan pula dau sporofil ( daun penghasil spora) dan Tropofil( daun untuk fotosintesis yang sering pula disebut daun steril
Daun sporofil dibagian permukaan bawahnya terdapat sporogonium penghasil spora sehingga permukaan daun bagian bawahnya tidak rata
Karena serig dijumpai dialam tentu ia lebih lama hidupnya maka pada paku Fase sporofit lebih dominan / lebih lama hidupnya dibandingkan dengan fase gametofitnya yang berupa fase gametofit

Berdasarkan jenis spora yang dihasilkan tumbuhan paku dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Tumbuhan paku homospora
2. Tumbuhan paku heterospora
3. Tumbuhan paku peralihan

1.Tumbuhan paku homospora
Contoh: Lycopodium clavatum ( Paku kawat ) dan Suplir (adiantum cuneatum)



2. Tumbuhan paku Heterospor
Contoh : Marsilea crenata ( paku semanggi ) dan Selaginella ( Paku rane )


3. Tumbuhan paku peralihan
Contoh : Paku ekor kuda(Equisetum debile)





Rabu, 29 Mei 2013

organ bunga

A. Fungsi Bunga


Bunga merupakan modifikasi suatu tunas (batang dan daun) yang bentuk, warna, dan susunannya disesuaikan dengan kepentingan tumbuhan. Oleh karena itu,  bunga ini berfungsi sebagai tempat berlangsungnya penyerbukan dan pembuahan yang akhirnya dapat dihasilkan alat-alat perkembangbiakan. Mengingat pentingnya bunga bagi tumbuhan maka pada bunga terdapat sifat-sifat yang merupakan penyesuaian untuk melaksanakan fungsinya sebagai penghasil alat perkembangbiakan.

Pada umumnya, bunga mempunyai sifat-sifat seperti berikut.

1) Mempunyai warna menarik.
2) Biasanya berbau harum.
3) Bentuknya bermacam-macam.
4) Biasanya mengandung madu.

B. Bagian-Bagian Bunga

Bunga terdiri dari bagian steril dan fertil. Bagian steril terdiri dari ibu tangkai bunga (pedunculus), tangkai bunga (pedicellus), dasar bunga (receptacle), daun pelindung (brachtea), daun tangkai (brachteola), dan perhiasan bunga. Perhiasan bunga terdiri dari daun kelopak (sepal) dan daun mahkota (petal). Perhatikan Gambar 1.

Gambar 1. Bagian-bagian bunga


Bagian bunga fertil terdiri dari mikrosporofil sebagai benang sari dan makrosporofil sebagai putik (pistillum) dengan daun buah sebagai penyusunnya. Cobalah cermati penjelasan berikut ini agar Anda lebih mengetahui bagian bagian bunga.
1) Tangkai induk atau ibu tangkai bunga (rachis, pedunculus, pedunculus communis) merupakan aksis perbungaan sebagai lanjutan dari batang atau cabang.
2) Tangkai bunga (pedicellus) merupakan cabang terakhir yang mendukung bunga.
3) Dasar bunga (receptacle) merupakan ujung tangkai bunga sebagai tempat bertumpunya bagian-bagian bunga yang lain (batang).
4) Daun pelindung (brachtea) merupakan daun terakhir yang di ketiaknya tumbuh bunga.
5) Daun tangkai (brachteola) merupakan daun pelindung yang letaknya di pangkal tangkai bunga.
6) Daun kelopak (sepal) merupakan daun perhiasan bunga yang paling pangkal, umumnya berwarna hijau dan berkelompok membentuk kelopak bunga (calyx).
7) Daun mahkota atau daun tajuk (petal) merupakan daun perhiasan bunga yang berwarna-warni. Daun mahkota ini berkelompok membentuk mahkota bunga (corolla).
8) Benang sari (stamen) adalah daun fertil yang terdiri dari kepala sari (anthera), berisi serbuk sari (polen), tangkai sari (filamen), dan pendukung kepala sari.
9) Daun buah (carpell) adalah daun fertil pendukung makrospora berupa bakal biji (ovalum) yang secara kolektif membentuk putik (pistill).

C. Struktur Jaringan Penyusun Bunga

Secara anatomi, daun mahkota dan daun kelopak mempunyai struktur yang sama yaitu terdapat sel-sel parenkimatis. Parenkim ini juga disebut mesofil. Parenkim ini terletak di antara epidermis atas dan bawah. Daun kelopak umumnya mempunyai struktur sederhana. Epidermis daun kalopak pada bagian luarnya dilapisi kutin, stomata, dan trikomata. Seperti struktur pada daun. Sel-sel daun kelopak ini juga mengandung klorofil. Struktur daun mahkota sel-selnya mempunyai satu atau banyak berkas pengangkut yang kecil-kecil. Daun mahkota mempunyai epidermis berbentuk khusus, yaitu berupa tonjolan yang disebut papila dan dilapisi kutikula.

Sementara itu, benang sari dan putik mempunyai struktur sangat berbeda. Secara umum, benang sari terdiri atas kepala sari dan tangkai sari. Tangkai sari tersusun oleh jaringan dasar, yaitu sel-sel parenkimatis yang mempunyai vakuola tanpa ruang antarsel. Pada epidermis tangkai sari terdapat kutikula, trikomata, atau mungkin juga stomata

Kepala sari mempunyai struktur yang kompleks, terdiri atas dinding yang berlapis-lapis, dan di bagian terdalam terdapat lokulus (ruang sari) yang berisi butir-butir serbuk sari. Jumlah lapisan dinding kepala sari untuk setiap jenis tumbuhan berbeda. Kepala sari mempunyai beberapa lapisan dinding sebagai berikut.

1) Epidermis, merupakan lapisan terluar yang terdiri dari satu lapis sel. Epidermis menjadi memipih dan membentuk papila pada kepala sari yang masak dan berfungsi sebagai pelindung epidermis.
2) Endotesium, merupakan lapisan yang terletak di sebelah dalam epidermis.
3) Lapisan tengah, merupakan lapisan yang terletak di sebelah dalam endotesium dan terdiri dari 2–3 lapis sel atau lebih tergantung jenis tumbuhannya.
4) Tapetum, merupakan dinding terdalam dari antera dan berkembang mencapai maksimum pada saat terbentuk serbuk sari tetrad.

Bagian perhiasan bunga (mahkota dan kelopak) pada tanaman Dicotyledoneae biasanya berjumlah 2, 4, 5, atau kelipatannya, sedangkan pada tumbuhan Monocotyledoneae berjumlah 3 atau kelipatannya. Perhatikan Gambar 2. dan 3.

Gambar 2. Bunga tumbuhan Dikotil

Gambar 3. Bunga tumbuhan Monokotil

Selasa, 28 Mei 2013

analisis data

Proses analisis data dimulai dengan menelah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan, yang sudah ditulis dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar foto, dan sebagainya. Data tersebut banyak sekali, setelah dibaca, dipelajari, dan ditelah maka langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunya dalam satuan-satuan. Satuan-satuan itu kemudian dikategorisasikan pada langkah berikutnya. Kategori-kategori itu dilakukan sambil membuat koding. Tahap akhir dari analisis data ialah mengadakan pemeriksaan keabsahan data.. setelah selesai tahap ini, mulailah kini tahap penafsiran data dalam mengolah hasil sementaramenjadi teori substantif dengan menggunakan beberapa metode tertentu.
Sehubungan dengan uraian tentang proses analisia dan penafsiran data di atas, maka dapat dijelaskan pokok-pokok persoalan sebagai berikut: Konsep dasar analisis data, Pemerosotan satuan, kategorisasi termasuk pemeriksahan keabsahan data, kemudian diakhiri dengan penafsiran data.
B. Konsep Dasar Analisi Data.
Menurut Patton, 1980 (dalam Lexy J. Moleong 2002: 103) menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Taylor, (1975: 79) mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada hipotesis. Jika dikaji, pada dasarnya definisi pertama lebih menitikberatkan pengorganisasian data sedangkan yang ke dua lebih menekankan maksud dan tujuan analisis data. Dengan demikian definisi tersebut dapat disintesiskan menjadi: Analisis data proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh data.
Dari uraian tersebut di atas dapatlah kita menarik garis bawah analisis data bermaksud pertama- tama mengorganisasikanm data. Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto, dokumen, berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya. Pekerjaan analisis data dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan mengategorikannya. Pengorganisasian dan pengelolaan data tersebut bertujuan menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif.
Akirnya perlu dikemukakan bahwa analisis data itu dilakukan dalam suatu proses. Proses berarti pelaksanaannya sudah mulai dilakukan sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakjan secara intensif, yaitu sudah meninggalkan lapangan. Pekerjaan menganalisis data memerlukan usaha pemusatan perhatian dan pengerahan tenaga, pikiran peneliti. Selain menganalisis data. Peneliti juga perlu dan masih perlu mendalami kepustakaan guna mengkonfirmasikan teori atau untuk menjastifikasikan adanya teori baru yang barangkali ditemukan.
C. Pemrosesan Satuan
Uraian tentang pemerosotan satuan ini terdiri dari tipelogi satuan dan penyususnan satuan.
1. Tipelogi satuan.
Satuan atau unit adalah satuan suatu latar sosial. Pada dasarnya satuan ini merupakan alat untuk menghaluskan pencatatan data. Menurut Lofland dan Lofland, (!984) (dalam lexy 2002: 190), satuan kehidupan sosial merupakan kebulatan di mana seseorang mengajukan pertanyaan. Linciln dan Guba (1985: 344) menamakan satuan itu sebagai satuan informasi yang berfungsi untuk menentukan atau mendefinisikan kategori.
Sehubungan dengan itu, Patton, (1987: 306-310) membedakan dua jenis tipe satuan yaitu (1) tipe asli dan (2) tipe hasil konstruk analisis. Patton menyatakan bahwa tipe asli inilah yang menggunakan prespektif emik dan antropologi. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa prilaku sosial dan kebudayaan hendaknya dipelajari dari segi pandangan dari dalam dan definisi prilaku manusia. Jadi, konseptualisasi satuan hendaknya ditemukan dengan menganalisis proses kognitif orang-orang yang diteliti, bukan dari segi entnosentrisme peneliti. Pendekatan ini menuntut adanya analisis kategori verbal yang digunakan oleh subjek untuk merinci kompleksitas kenyataan ke dalam bagian-bagian. Patton, menyatakn bahwa secara fundamental maksud penggunaan bahasa itu penting untuk memberikan ”nama” sehingga membedakan dengan yang lain dengan ”nama” yang lain pula. Setelah ”label” tersebut ditemukan dari apa yang dikatakan oleh subjek, tahap berikutnya ialah berusaha menemukan ciri atau karakteristik yang membedakan sesuatu dengan sesuatu yang lain.Untuk itu, tipelogi asli ini merupakan kunci bagi peneliti untuk memberikan nama sesuai dengan apa yang sedang dipikirkan, dirasakan, dan dihayati oleh para subjek dan dihendaki oleh latar peneliti.
  1. Penyusunan satuan
Lincoln dan Guba (1985: 345) mengatakan bahwa langka pertama dalam pemerosotan satuan ialah analisis hendaknya membaca dan mempelajari secara teliti seluruh jenis data yang sudah terkumpul. Setelah itu, usahakan agar satuan-satuan itu diidentifikasi. Peneliti memasukan ke dalam kartu indeks. Penyusunan satuan dan pemasukan ke dalam kartu indeks hendaknya dapat dipahami oleh orang lain. Pada tahap ini analisis hendaknya jangan dulu membuang satuan yang ada walaupun mungkin dianggap tidak relevan.

  1. Kategorisasi
Kategorisasi dalam uraian ini terdiri atas (1) funsi dan prinsip kategorisasi dan (2) langka-langkah kategorisasi yang diuraikan sebagai berikut.
1. Funsi dan prinsip kategorisasi
Kategorisasi berarti penyusunan kategori. Kategori tidak lain adalah salah satu tumpukan dari seperangkat tumpukan yang disusun atas dasar pikiran,intuisi, pendapat, atau kriteria tertentu.Selanjutnya Linclon dan Guba menguraikan kategorisasi adalah (1) mengelompokkan kartu-kartu yang telah dibuat kedalam bagian-bagian isi yang secara jelas berkaitan, (2) merumuskan aturan yang menguraikan kawasan kategori dan yang akhirnya dapat digunakan untuk menetapkan inklusi setiap kartu pada kategori dan juga sebagai dasar untuk pemeriksaan keabsahan data, dan (3) menjaga agar setiap kategori yang telah disusun satu dengan yang lain megikuti prinsip taat asas.
2. Langkah-langkah kategorisasi
Metode yang digunakan dalam kategorisasi didasarkan atas metode analisis komparatif yang langkah-langkahnya dijabarkan atas sepuluh langka, yang mana langkah yang terakhir adalah analisis harus menelah sekali lagi seluruh kategori agar jangan sampai ada yang terlupakan. Setelah selesai di analisis, sebelum menafsirkan penulis wajib mengadakan pemeriksaan terhadap keapsahan datanya, pemeriksaan itu dapat dilakukan dengan menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data.
E. Keabsahan data
Untuk menghindari kesalahan atau kekeliruan data yang telah terkumpul,perlu dilakukan pengecekan keabsahan data. Pengecekan keabsahan data didasarkan pada kriteria deraja kepercayaan (crebility) dengan teknik trianggulasi,ketekunan pengamatan, pengecekan teman sejawat (Moleong, 2004).
Triangulasi merupakan teknik pengecekan keabsahan data yang didasarkan pada sesuatu di luar data untuk keperluan mengecek atau sebagai pembanding terhadap data yang telah ada (Moleong,200). Trigulasi yang digunakan adalah trigulasi dengan sumber, yaitu membandingkan data hasil obserfasi, hasil pekerjaan siswa dan hasil wawancara terhadap subjek yang ditekankan pada penerapan metode bantuan alat pada efektif membaca .

Sabtu, 25 Mei 2013


Filum Cnidaria (Coelenterata)
1. Ciri Umum
a. Pengertian
Filum Cnidaria meliputi ubur-ubur, hydra, anemon laut, dan hewan karang. Filum ini disebut Cnidaria karena memiliki knidosit atau sel-sel penyengat yang terdapat pada epidermisnya. Cnidaria juga disebut Coelenterata karena mempunyai rongga besar di tengah-tengah tubuh. Coelenterata berasal dari kata coilos (berongga) dan enteron (usus). Jadi, semua hewan yang termasuk filum ini mempunyai rongga usus (gastrovaskuler) yang berfungsi untuk pencernaan.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfUajruqpXhUYanZqoT9S-QmoqnoXrOBTtdDTExIJZvOqJnxZWhxthBZyqrLI1rvxMUyCTZNi_ajxWUs0qYPZx7htVkRIqY8zgrgqU9Mlxo2ekdZP15Vzb8u5Nq4KjIJKmj0kQpRXhsNmr/s320/jellyfish.jpg
b. Struktur Tubuh
Tubuh Cnidaria simetris radial atau biradial. Sudah termasuk organisasi tingkat jaringan, dimana sel-sel sejenis telah bergabung membentuk jaringan namun belum membentuk organ.
Tubuh Cnidaria memiliki dua lapisan sel (jaringan), yang luar disebut epidermis dan yang dalam disebut gastrodermis (endodermis). Kedua jaringan tersebut dipisahkan oleh lapisan mesoglea yang berisi gelatin dan sel-sel syaraf.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLflDO2ZtdOwImvG4t4QbdBl9CggcreNBASk0VbiXw-ikcnPFkUeCuJCpi2a3knnfgz6iJJEmXtX973KLnBzdaOS6iVYFcjJVuJiELdLW_78KRrokRj2nQaBF_MOD_M9tlHUIcGmUdTPMJ/s320/cnidaria+structure.jpg
Sebuah rongga gastrovascular (coelenteron) memiliki satu lubang yang berfungsi sebagai mulut sekaligus anus. Terdapat tentakel pada mulut/anus.
Beberapa sel telah terorganisasi sebagai dua jaringan saraf; satu di bagian epidermal dan lainnya sebagai gastrodermal, membantu koordinasi fungsi otot dan penginderaan.
Cnidaria memiliki dua bentuk dasar yaitu medusa and polip. Medusae, seperti ubur-ubur dewasa dapat bebas berenag atau mengambang. Polip, bersifat menempel pada substrat. Cnidaria memiliki nematocysts, berupa benang berbentuk tabung terpintal, seperti rambut-rambut dan beracun. https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRsjRziBbKcRos8bIkcB0XqT_Wj6hvpqUr5ZqEADjdR620YBCuzIvOp8tYCJzWRLn3SF198eha117BylKzWVYs_y-e4PuyZZ0lZxULgUJL-YajfQnuSWMGzdqpcNrMBNPU8avFixIc4Vhq/s320/Nematocyst.jpg
c. Perkembang biakan
Reproduksi polip secara asexual dengan bertunas, atau sexual dengan membentuk gamet-gamet (medusae). Cnidaria secara individual ada yang monoecious dan dioecious. Hasil perkembang biakan seksual adalah larva planula yang bersilia dan berenag bebas.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXsq-nmOrSa0KuMST3-XvK_YKUEbIaUsObf8cf-U2g60puk5llDvCrcDp4A7PZvP9u6rwm5q-n55mePGxB8yeUhGg3tKXGvYbt5yafmDG9r0vfUpwXDUvTQguSCpIXI2JqjywsKyYUB95N/s320/HydraBud-01.jpghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzrWItHbxd8cWKhlArRDOIEEyNq-gY7Ct3CpRSPDTgmGnJkCxkaua0T429iJkfG961gZUKrW28UwnglqMwv-NrAC3GAfL6B8MvvESADPvqp25oAyJeSY-3J5zyNTqonG3AUEGPmhV89J1H/s320/hydra-mature.jpghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlbrdC-7jqSeZ4H_XUlEZacU08txq2dukwSPHSQZMlfYsGaFxRRYpvRHQRkY6bcveCtWbl-C3O_2mcL1ucRc_YDpkHmkyVPoIrDnan76cfE8lBNJ9q-C1F6OFUnF3jKXpXmSsAbmqPsuTD/s320/jellyfish_reproduction.jpg
2. Klasifikasi
Filum Cnidaria dibagi menjadi tiga kelas yaitu Anthozoa, Hydrozoa, dan Schyphozoa.
a. Anthozoa: Anemon laut dan Koral
Anemon laut adalah polip soliter dengan tinggi 5-100 mm dan diameter 5-200 mm atau lebih besar. Biasanya berwarna cerah dan menyerupai bunga-bungaan pada dasar lautan.
Anemon laut member makan berbagai invertebrate dan ikan. Mereka melekat pada berbagai substrata tau bersimbiosis mutualisme dengan kepiting atau hidup melekat pada cangkang kerang.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKuThCfIFdBiulhAHLx9FlIPBCqHXY2y7Uhitco6ZdKV22O-fIdvG-ntZS6LlXjj0Uq6xKdeM-1R66yvp7xB0kJ26DnZzGa3pKEI7l1uyYfpf2lUTh_PhyphenhyphenDuq46kJxOtGVwbkXxPiiKF6w/s320/Anthozoans.jpg
Hewan Karang (koral) dapat hidup soliter namun kebanyakan berkoloni, umumnya hidup di perairan dangkal yang hangat. Akumulasi dari kalsium-karbonatnya akhirnya membentuk terumbu karang. Beberapa karang juga hidup di perairan yan lebih dingin, sehingga kehadirannya tidak selalu menunjukkan suatu perairan tropis.

b. Hydrozoa: Hydra dan Physalia
Pada kelas ini yang menjadi tahap dominan adalah polip. Physalia (ubur-ubur api/tentara portugis) adalah contoh koloni polip, dengan polip asal menjadi bentuk terapung (berisi gas). Polip lainnya dikhususkan untuk makan dan bereproduksi. Tentakelnya banyak mengandung nematocyst.
Hydra, adalah polip hydrozoa air tawar. Tubuhnya kecil, memiliki empat sampai enam tentakel mengelilingi mulutnya. Hydra dapat bergerak dengan cara meluncur bahkan jungkirbalik. Hydra memiliki jaringan otot dan saraf. Hydra berkembang biak secara seksual dan aseksual (bertunas). https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqmmO5psF57gWFqFVGcXWHX2pAEvCkxs46t3mEfn1n8B2LYzfpccL9oAGHNzzzjrCYbReCwvPXHEj-73lJfDdtzVHlF05ILm0TutKDDJuT4-akzxfRNs71FD1zkaX8xxjlzxicF4MbXkYH/s320/hydrozoa.jpg
c. Schyphozoa: Ubur-ubur (Aurelia)
Pada ubur-ubur dan anggota kelas lainnya, fase dominan adalah medusa. Polip ditemukan saat kecil dan tidak mencolok. Ubur-ubur juga sebagai penyedia makanan yang besar bagi hewan-hewan laut.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfdKDP1wLmZPeqvhS_N0O86EjnLSEdF_uYT4j8mLqYiW_cIsrqPdhRklJsl0HbYRW4DZsqK9tMQ-oLd9VNDzjN92oKD5NsrY9chElwofFuohjxDAhXDwD56B1tcRhLGG-2hrwZU94gVEuG/s320/schypozoa.jpg
3. Peranan
Peranan Coelenterata dalam kehidupan :
a. merupakan komponen utama pembentuk ekosistem terumbu karang
b. sebagai barier/penghalang pantai terhadap ombak
c. sebagai bahan makanan, bahan obat-obatan dan bahan kosmetik
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1hCgakgX7WuknAxipKYzcvcSkR-BOqEEe0mJ3tVb5UZ8ZcH_CcXKK2oBq9R2KWYTKKuUYVLRqoPnancjM58XkjKyRYcA8fSuWL88gdbqVKvlUqYFPwztqKG0S42uHnhpR98_W9TnYXpsz/s320/coralreef.jpg

kangen,,,





kangennn yang da di atas,,,,:(

Rabu, 22 Mei 2013

about lichenes



2.2 Lumut Kerak (Lichenes)
Lumut kerak atau Lichenes adalah organisme yang merupakan gabungan antara fungi dengan alga, sehingga secara morfologi dan fisiologi merupakan satu kesatuan. Organisme ini hidup secara epifit pada pohon-pohon di atas tanah terutama di daerah dingin, di atas batu cadas, di tepi pantai atau gunung-gunung yang tinggi.
Lumut kerak tergolong tumbuhan perintis yang ikut berperan dalam pembentukan tanah. Tumbuhan ini bersifat endolitik karena dapat masuk pada bagian pinggir batu. Dalam hidupnya, lumut kerak tidak memerlukan syarat hidup yang tinggi dan tahan terhadap kekurangan air dalam jangka waktu yang lama. Lumut kerak yang hidup pada batuan dapat menjadi kering karena teriknya matahari, tetapi tumbuhan ini tidak mati, dan jika turun hujan bisa hidup kembali.
Pada lingkungan dengan kualitas udara yang baik, lumut kerak tumbuh subur dan berwarna hijau muda hingga hijau tua. Namun, pada lingkungan yang kualitas udaranya telah terjadi pencemaran, pertumbuhan Lichenes hanya sedikit dan warnanyapun abu-abu hingga kehitaman.
Peranan Lichenes
Lichen memiliki peranan yang penting dalam perekonomian yaitu sebagai bahan makanan yang dapat diolah oleh daerah-daerah tertentu, dapat digunakan sebagai primitive antibiotics, maupun sebagai ekstrak pewarna ungu dan merah.
Lumut kerak mampu hidup pada daerah bebatuan dan mampu merubah area tandus berbatu menjadi tempat yang digunakan untuk tumbuh-tumbuhan lain.
Peran lumut kerak bagi manusia:
1. Sebagai tumbuhan perintis
2. Membantu siklus nitrogen
3. Sebagai indikator lingkungan
4. Peranan lain dari lumut kerak
5. Peranan lain dari lumut kerak adalah:
• Jenis ustenea dasypoga dan usnea miseminensis dapat dijadikan obat
karena mengandung antikanker.
• Jenis Roccella tinctoria digunakan sebagai bahan dasar lakmus.
• Selain peran menguntungkan, ternyata lumut kerak juga dapat
meruginan karena mampu merusak batuan pada peninggalan sejarah
seperti candi Borobudur dan candi-candi lainnya.
Walaupun lumut kerak mampu hidup pada lingkungan ekstrim, tetapi lumut kerak sangat peka terhadap polusi. Oleh sebab itu lumut kerak dapat dijadikan indikator pencemaran udara, darat, hujan asam, logam berat, kebocoran radioaktif dan radiasi sinar. Ultra violet sebagai akibat penurunan ozon. Lumut kerak sangat peka terhadap pencemaranpaling rendah sekalipun. Jika pada suatu daerah tidak terdapat lumut kerak, memberikan petunjuk bahwa daerah itu telah terkena pencemaran.
Beberapa lumut kerak yang mengandung ganggang cyanophyta (cynobacterium) yang tumbuh tersebar di hutan tropika mampu hidup pada intensitas cahaya yang rendah dan yang lebih penting mereka dapat menggunakan nitrogen bebas (gas nitrogen) menjadi nitrogen organik (asam amino dan protein). Jadi lumut kerak cynobacterium dalam ekosistem membantu daur nitrogen yang berperan dalam persediaan pupuk alami pada ekosistem dasar hutan hujan.
Banyak lumut menghasilkan senyawa sekunder, termasuk pigmen yang mengurangi jumlah berbahaya dari sinar matahari dan racun kuat yang mengurangi herbivora membunuh bakteri atau. Senyawa ini sangat berguna untuk identifikasi lichen, dan memiliki kepentingan ekonomi sebagai pewarna seperti cudbear atau primitif antibiotik.
Ada laporan kencan hampir 2000 tahun lichen digunakan untuk mengekstrak dan merah warna ungu. Dari makna sejarah dan komersial yang besar adalah lumut milik keluarga Roccellaceae, biasa disebut orchella rumput atau cat ungu kemerah-merahan. Orcein dan pewarna lumut lainnya sebagian besar telah diganti dengan versi sintetis. pH indikator lakmus adalah pewarna diekstrak dari lumut Tinctoria rocella.
Ekstrak dari banyak Usnea spesies digunakan untuk mengobati luka di Rusia pada pertengahan abad kedua puluh. Substansi olivetol ini ditemukan secara alami hadir dalam spesies tertentu lumut.
Ini adalah properti itu saham dengan ganja tanaman, yang internal menghasilkan substansi terkait olivetolic asam (sebelum menggunakannya untuk biosynthesise tetrahydrocannabinol (THC)).
Lumut dimakan oleh berbagai budaya di seluruh dunia. Meskipun beberapa lumut hanya dimakan pada saat kelaparan, yang lain adalah makanan pokok atau bahkan makanan lezat. Dua hambatan yang sering ditemui ketika makan lumut: lumut polisakarida umumnya dicerna bagi manusia, dan lumut biasanya mengandung sedikit beracun senyawa sekunder yang harus dihapus sebelum makan. Sangat sedikit lumut beracun, tetapi mereka tinggi asam vulpinic atau asam usnat beracun. lichen beracun Kebanyakan kuning.
Di masa lalu lumut Islandia (Cetraria islandica) adalah makanan manusia yang penting di Eropa bagian utara, dan dimasak sebagai roti, bubur, puding, sup, atau salad. Wila (Bryoria fremontii) adalah makanan yang penting dalam bagian dari Amerika Utara, di mana itu biasanya pitcooked. masyarakat Utara di Amerika Utara dan Siberia tradisional memakan sebagian dicerna lichen rusa (Cladina sp.) setelah mereka keluarkan dari rumen dari karibu atau rusa yang telah dibunuh. babat Rock ( Umbilicari dan Lasalia ) merupakan lichen yang sudah sering digunakan sebagai makanan darurat di Amerika Utara, dan satu spesies, Umbilicaria esculenta, digunakan dalam berbagai makanan tradisional Korea dan Jepang.
? Pengaruh Lichenes Terhadap Pencemaran Udara
Lumut kerak (Lichenes) ini merupakan gabungan miselium jamur yang di dalamnya terjalin sel-sel alga dan keduanya saling bersimbiosis mutualisme. Jamurnya adalah golongan Ascomycota atau Basidiomycota dengan alga hijau/Chlorophyta atau alga biru/Cyanophyta yang uniseluler.
Meskipun keduanya hidup sendiri-sendiri, tetapi dengan hidup pada lumut kerak lebih menguntungkan bagi keduanya, karena mereka mampu hidup pada substrat atau tempat yang organisme lain tidak dapat hidup, misalnya batu. Karena mampu hidup pada batu-batuan, Lichenes ini dikatakan sebagai organisme perintis yang mampu hidup di atas batu. Lichenes tersebut memulai pembentukan tanah dengan melapukkan permukaan batuan dan menambahkan kandungan zat-zat yang dimiliknya. Lichenes dapat juga digunakan sebagai indikator pencemaran udara, karena dia tidak mampu hidup pada udara yang sudah tercemar. Jadi, apabila di suatu daerah tidak ada Lichenes, ini menunjukkan bahwa udara di daerah tersebut sudah tercemar. Selain itu, Lichenes dapat dimanfaatkan pula sebagai obat, digunakan sebagai penambah rasa dan aroma, serta pigmen yang dihasilkan dapat dibuat kertas lakmus celup untuk menentukan indikator pH.
Dari sejumlah laporan diketahui bahwa talus Lichenes dapat mengakumulasi Pb yang berasal dari hasil emisi gas buang kendaraan bermotor. Hasil penelitian Bargagli et al (1987) dalam Nursal, dkk (2005) menunjukkan bahwa Lichenes merupakan indikator yang baik terhadap pencemaran udara. Di daerah Tuscany-Italia, konsentrasi Pb pada talus Lichenes terdapat 13,2 μgg-1 berat kering. Konsentrasi Pb terbanyak ditemukan di daerah yang dekat dengan area parkir kendaraan dan di dekat jalan raya. Akumulasi Pb pada Parmelia physodes menurun secara proporsional pada jarak yang semakin jauh dari jalan raya (Deruelle dan Kovacs, 1992 dalam Nursal, dkk, 2005). Hasil penelitian Deruelle (1981) dalam Nursal, dkk (2005) juga menunjukkan bahwa pada jarak 15 m dari jalan raya akumulasi Pb ditemukan sebanyak 1002 μgg-1 berat kering, sedangkan pada jarak 600 m dari jalan raya akumulasi Pb hanya 65 μgg-1 berat kering. Lichenes juga dapat digunakan sebagai indikator terhadap berbagai polutan diantaranya SO2, NO2, HF, Chlorida, O3, peroksi asetat, logam berat, isotop radioaltif, pupuk, pestisida, dan herbisida (Kovacs, 1992 dalam Nursal, dkk, 2005). Jenis-jenis Lichenes mempunyai tingkat sensitifitas yang berbeda terhadap bahan pencemar. Ada yang bersifat sensitif dan ada pula yang bersifat toleran. Kisaran toleransi Lichenes terhadap SO2 ternyata cukup tinggi. Lecanora conizoides masih dapat hidup pada konsentrasi SO2 150μgm-3. Pada konsentrasi SO2 lebih dari 170 μgm-3 tidak ada lagi jenis Lichenes yang bisa hidup. Lecanora conizaeoides ditemukan pada kulit batang pohon yang dikoloni oleh alga apabila konsentrasi SO2 125 μgm-3. Usnea ceratina dapat ditemui pada pohon yang sama apabila konsentrasi SO2 35 μgm-3 dan Usnea florida dapat ditemukan apabila konsentrasi SO2 30 μgm-3
Pb yang terdapat di udara dapat terakumulasi pada jaringan tubuh makhluk hidup terutama pada talus Lichenes (Lumut kerak). Dari sejumlah laporan diketahui bahwa talus Lichenes dapat mengakumulasi Pb yang berasal dari hasil emisi gas buang kendaraan bermotor. Hasil penelitian Bargagli et al (1987) menunjukkan bahwa Lihenes merupakan indikator yang baik terhadap pencemaran udara. Di daerah Tuscany-Italia, konsentrasi Pb pada talus Lichenes terdapat 13,2 μgg-1 berat kering. Konsentrasi Pb terbanyak ditemukan di daerah yang dekat dengan area parkir kendaraan dan di dekat jalan raya. Akumulasi Pb pada Parmelia physodes menurun secara proporsional pada jarak yang semakin jauh dari jalan raya (Deruelle dalam Kovacs, 1992). Hasil penelitian Deruelle (1981) juga menunjukkan bahwa pada jarak 15 m dari jalan raya akumulasi Pb ditemukan sebanyak 1002 μgg-1 berat kering,sedangkan pada jarak 600 m dari jalan raya akumulasi Pb hanya 65 μgg-1 berat kering Lichenes juga dapat digunakan sebagai indikator terhadap berbagai polutan diantaranya SO2, NO2, HF, Chlorida, O3, Peroksi asetat, Logam berat, Isotop radioaltif, pupuk, pestisida, dan (Kovacs, 1992). Jenis-jenis Lichenes mempunyai tingkat sensitifitas yang berbeda terhadap bahan pencemar. Ada yang bersifat sensitif dan ada pula yang bersifat toleran. Kisaran toleransi Lichenes terhadap SO2 ternyata cukup tinggi. Lecanora conizoides masih dapat hidup pada konsentrasi SO2 150μgm-3. Pada konsentrasi SO2 lebih dari 170 μgm-3 tidak ada lagi jenis Lichenes yang bisa hidup. Lecanoraonizaeoides ditemukan pada kulit batang pohon yang dikoloniet oleh alga apabila konsentrasi SO2 125 μgm-3. Usnea ceratina dapat ditemui pada pohon yang sama apabila konsentrasi SO2 35 μgm-3 dan Usneaflorida dapat ditemukan apabila konsentrasi SO2 30 μgm-3 (Galun and Ronen dalam Galun, 2000). Untuk dapat memprediksi lebih awal kemungkinan dampak yang dapat ditimbulkan oleh polutan Pb di masa yang akan datang terhadap kehidupan, perlu dilakukan monitoring terhadap keberadaannya sebagai bahan pencemar (polutan) di udara. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui akumulasi Timbal (Pb) pada talus Lichenes yang tumbuh pada permukaan batang pohon di jalur hijau Kota Pekanbaru. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi awal tentang kualitas lingkungan udara di Kota Pekanbaru. Selain itu juga diharapkan dapat berguna bagi keperluan penelitian lebih lanjut.
Bab 3. KESIMPULAN
Lichenes menyerap mineral-mineral yang dibutuhkan dari substrat tanah dan air hujan hanya pada saat untuk bertahan hidup dengan kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, namun yang utama lichenes menyerap air dan kebutuhan lainnya dari udara. Memiliki cirri-ciri :
ü Lumut kerak (Lichenes) ini merupakan gabungan miselium jamur yang di dalamnya terjalin sel-sel alga dan keduanya saling berinteraksi membentuk kehidupan simbiose yaitu simbiosis mutualisme.
ü Komponen fungi disebut mikobion dan komponen alga disebut fikobion namun sering juga penyebutan Algae yang ikut menyusun tubuh Lichenes disebut gonidium, ganggangnya berupa ganggang bersel tunggal atau berupa koloni.
ü Kebanyakan gonidium adalah ganggang biru (Cyanophyceae) antara lain choococcus dan Nostoc, kadang-kadang juga ganggang hijau (Cholorophyceae) misalnya Cystococcus dan Trentopohlia.
ü Kebanyakan cendawan yang ikut menyusun Lichenes tergolong ke dalam Ascomycetes terutama Discomycetales, hanya kadang-kadang Pyrenomycetales.
ü Mungkin juga basidiomycetes mengambil bagian dalam membentuk Lichenes
ü Meskipun keduanya hidup sendiri-sendiri, tetapi dengan hidup pada umut kerak lebih menguntungkan bagi keduanya, karena mereka mampu hidup pada substrat atau tempat yang organisme lain tidak dapat hidup, misalnya batu.
ü Karena mampu hidup pada batu-batuan, selain juga di pohon-pohonan secara komensalisme tetapi banyak yang hidup pada tanah ataupun pada batu terutama di daerah tundra.
ü Hidup Lichen tidak bergantung pada tinggi tempat hidupnya dari permukaan laut oleh karena itu Lichen dapat ditemukan mulai dari dataran randah sampai pada dataran tinggi
ü Lichenes ini dikatakan sebagai organisme perintis yang mampu mengawali kehidupan dari kehidupan yang lain misalnya hidup di atas batu artinya Lichenes sebagai tumbuhan pioneer / perintis memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan.
Lumut kerak dapat hidup di segala ketinggian di atas batu cadas, di tepi pantai, sampai di gunung-gunung yang tinggi.
Lumut kerak dapat berperan dalam pembentukan tanah dan menghancurkan batu-batuan yang cadas sehingga lumut jenis ini disebut juga sebagai tumbuhan perintis.
Lumut kerak adalah makhluk hidup yang tahan terhadap kekeringan dalam waktu yang lama. Pada saat kekeringan dan tersengat matahari secara terus-menerus, lumut ini akan kering, tetapi tidak mati. Pada saat turun hujan, lumut kerak tumbuh kembali. Ciri lain lumut ini adalah pertumbuhan talusnya yang lambat. Dalam satu tahun, pertumbuhan talusnya kurang dari 1 cm.
Dari data-data yang terdapat di atas juga, dapat disimpulkan bahwa:
1. Lichenes tidak dapat hidup di suatu tempat yang udaranya tercemar
2. Lichenes dapat dijadikan sebagai indikator pencemaran udara
? Artinya jika Disuatu tempat masih terdapat lichenes maka dapat diketahui bahwa udara di tempat tersebut masih tergolong bersih, dan
? Jika di suatu tempat tidak terdapat Lichenes maka dapat diketahui udara ditempat tesebut sudah tercemar.

Senin, 13 Mei 2013



Adapun bentuk-bentuk dari kenakalan remaja adalah :
a.       Kebut-kebutan dijalanan yang mengganggu keamanan lalu lintas dan membahayakan jiwa serta orang lain
b.       Membolos sekolah lalu bergelandangan sepanjang jalan dan kadang-kadang pergi ke pasar untuk bermain game
c.       Memakai dan menggunakan bahan narkotika bahkan hal yang mereka anggap ringan yakni minuman keras.
d.       Perjudian dan bentuk-bentuk permainan lain dengan taruhan, seperti permainan domino, remi dan lain-lain.
e.       Perkelahian antar geng, antar kelompok, antar sekolah, sehingga harus melibatkan pihak yang berwajib.
Sebab-sebab Terjadinya Kenakalan Remaja  Faktor Internal (Dalam)
a.       Reaksi frustasi diri   Dengan  semakin pesatnya usaha pembangunan, modernisasi yang berakibat pada  banyaknya anak remaja yang tidak mampu menyesuaikan diri terhadap  berbagai perubahan sosial itu. Mereka lalu mengalami banyak kejutan,  frustasi, ketegangan  batin dan bahkan sampai kepada gangguan jiwa.
b.      Gangguan pengamatan dan tanggapan pada anak remaja   Adanya  gangguan pengamatan dan tanggapan di atas sangat mengganggu daya  adaptasi dan perkembangan pribadi anak yang sehat. Gangguan pengamatan  dan tanggapan itu, antara lain : halusinasi, ilusi dan gambaran semua.   Tanggapan  anak tidak merupakan pencerminan realitas lingkungan yang nyata, tetapi  berupa pengolahan batin yang keliru, sehingga timbul interpretasi dan pengertian yang salah. Sebabnya ialah semua itu diwarnai harapan yang terlalu muluk, dan kecemasan yang berlebihan.
c.       Gangguan berfikir dan intelegensi pada diri remaja   Berfikir  mutlak perlu bagi kemampuan orientasi yang sehat dan adaptasi yang  wajar terhadap tuntutan lingkungan. Berpikir juga penting bagi upaya  pemecahan kesulitan dan permasalahan hidup sehari-hari. Jika anak remaja  tidak mampu mengoreksi pekiran-pekirannya yang salah dan tidak sesuai  dengan realita yang ada, maka pikirannya terganggu.
d.      Gangguan perasaan pada anak remaja   Perasaan  memberikan nilai pada situasi kehidupan dan menentukan sekali besar  kecilnya kebahagiaan serta rasa kepuasan. Perasaan bergandengan dengan  pemuasan terhadap harapan, keinginan dan kebutuhan manusia. Jika semua  tadi terpuaskan, orang merasa senang dan bahagia.
Gangguan-gangguan fungsi perasaan itu antara lain :
1)  Inkontinensi emosional ialah tidak terkendalinya perasaan yang meledak-ledak, tidak bisa dikekang.
2)      Labilitas  emosional ialah suasana hati yang terus menerus berganti-ganti dan  tidak tetap. Sehingga anak remaja akan cepat marah, gelisah, tidak  tenang dan sebagainya.
3)      Ketidak  pekaan dan mempunyai perasaan biasa disebabkan oleh sejak kecil anak  tidak pernah diperkenalkan dengan kasih sayang, kelembutan, kebaikan dan  perhatian.
4)      Kecemasan  merupakan bentuk “ketakutan” pada hal-hal yang tidak jelas, tidak riil,  dan dirasakan sebagai ancaman yang tidak bisa dihindari.  Faktor Eksternal (Luar)   Selain faktor dari dalam ada juga faktor yang datang dari luar anak tersebut, antara lain :   a.       Keluarga   Tidak  diragukan bahwa keluarga memegang peranan penting dalam pembentukan  pribadi remaja dan menentukan masa depannya. Mayoritas remaja yang  terlibat dalam kenakalan atau melakukan tindak kekerasan biasanya  berasal dari keluarga yang berantakan, keluarga yang tidak harmonis di  mana pertengkaran ayah dan ibu menjadi santapan sehari-hari remaja.  Bapak yang otoriter, pemabuk, suka menyiksa anak, atau ibu yang acuh tak  acuh, ibu yang lemah kepribadian dalam atri kata tidak tegas menghadapi  remaja, kemiskinan yang membelit keluarga, kurangnya nilai-nilai agama  yang diamalkan dll semuanya menjadi faktor yang mendorong remaja  melakukan tindak kekerasan dan kenakalan.
Struktur  keluarga anak nakal pada umumnya menunjuk­kan beberapa kelemahan/cacat  di pihak ibu, antara lain ialah seba­gai berikut:  1)      Ibu  ini tidak hangat, tidak mencintai anak-anaknya, bahkan sering membenci  dan menolak anak laki-lakinya, sama sekali tidak acuh terhadap kebutuhan  anaknya.
2)      Ibu  kurang mempunyai kesadaran mengenai fungsi kewa­nitaan dan keibuannya;  mereka lebih banyak memiliki sifat ke jantan-jantanan.
3)      Reaksi  terhadap kehidupan anak-anaknya tidak adekuat, tidak cocok, tidak  harmonis. Mereka tidak sanggup memenuhi ke­butuhan anak-anaknya, baik  yang fisik maupun yang psikis sifatnya.
4)      Kehidupan  perasaan ibu-ibu tadi tidak mantap, tidak konsis­ten, sangat mudah  berubah dalam pendiriannya, tidak pernah konsekuen., dan tidak  bertanggung jawab secara moral.
Beberapa kelemahan di pihak ayah yang mengakibatkan anaknya menjadi nakal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1)      Mereka menolak anak laki-lakinya.
2)      Ayah-ayah  tadi hampir selalu absen atau tidak pernah ada di tengah keluarganya,  tidak perduli, dan sewenang-wenang ter­hadap anak dan istrinya.
3)      Mereka  pada umumnya alkoholik, dan mempunyai prestasi kriminalitas, sehingga  menyebarkan perasaan tidak aman (insekuritas) kepada anak dan istrinya.
4)      Ayah-ayah ini selalu gagal dalam memberikan supervisi dan tuntunan moral kepada anak laki-lakinya.
5)      Mereka mendidik anaknya dengan disiplin yang terlalu ketat dan keras atau dengan disiplin yang tidak teratur, tidak kon­sisten.  Selain itu, ada juga beberapa faktor yang datang dari keluarga, antara lain :
1)      Rumah  tangga berantakan. Bila rumah tangga terus ­menerus dipenuhi konflik  yang serius, menjadi retak, dan akhirnya mengalami perceraian, maka  mulailah serentetan kesulitan bagi semua anggota keluarga, terutama  anak-anak. Pecahlah harmonis dalam keluarga, dan anak menjadi sangat  bingung, dan merasa­kan ketidakpastian emosional. Dengan rasa cemas,  marah dan risau anak mengikuti pertengkaran antara ayah dengan ibu.  Mereka tidak tahu harus memihak kepada siapa. Batin anak menjadi sangat  tertekan, sangat menderita, dan merasa malu akibat ulah orang tua mereka. Ada perasaan ikut bersalah dan berdosa, serta merasa malu terhadap lingkungan.
2)      Perlindungan-lebih dari orang tua. Bila orang  tua terlalu banyak melindungi dan memanjakan anak-anaknya, dan  menghin­darkan mereka dari berbagai kesulitan atau ujian hidup yang  kecil, anak-anak pasti menjadi rapuh dan tidak akan pernah sanggup  belajar mandiri. Mereka akan selalu bergantung pada bantuan – orang tua,  merasa cemas dan bimbang ragu selalu; aspirasi dan harga-dirinya tidak  bisa tumbuh berkembang. Kepercayaan diri­nya menjadi hilang.
3)      Penolakan orang  tua. Ada pasangan suami-istri yang tidak pernah bisa memikul tanggung  jawab sebagai ayah dan ibu. Me­reka ingin terus melanjutkan kebiasaan  hidup yang lama, bersenang-senang sendiri seperti sebelum kawin. Mereka  tidak mau memikirkan konsekuensi dan tanggung jawab selaku orang dewasa dan orang  tua. Anak-anaknya sendiri ditolak, dianggap sebagai beban, sebagai  hambatan dalam meniti karir mereka. Anak me­reka anggap cuma  menghalang-halangi kebebasan bahkan cuma merepotkan saja.
4)      Pengaruh buruk dari orang  tua.
a. Tingkah-laku kriminal, a-susila (suka main perempuan, korup,  senang berjudi, sering mabuk-mabukan, kebiasaan minum dan menghisap  rokok ber­ganja, bertingkah sewenang-wenang, dan sebagainya. dari orang  tua atau salah seorang anggota keluarga bisa memberikan pengaruh menular  atau infeksius kepada anak. Anak jadi ikut-­ikutan kriminal dan  a-susila, atau menjadi anti-sosial. Dengan be­gitu kebiasaan buruk orang tua mengkondisionir tingkah-laku dan sikap hidup anak-anaknya.
b. Lingkungan Sekolah yang Tidak Menguntungkan   Sekolah kita sampai waktu sekarang masih banyak berfungsi sebagai “sekolah dengar”  daripada memberikan kesempatan luas untuk membangun aktivitas,  kreativitas dan inventivitas anak. Dengan demikian sekolah tidak  membangun dinamisme anak, dan tidak merangsang kegairahan belajar anak.  Selanjutnya,  berjam-jam lamanya setiap hari anak-anak harus melakukan kegiatan yang  tertekan, duduk, dan pasif mendengarkan, sehingga mereka menjadi jemu,  jengkel dan apatis.  Di  kelas, anak-anak-terutama para remajanya sering mengalami frustasi dan  tekanan batin, merasa seperti dihukum atau terbelenggu oleh peraturan  yang “tidak adil”. Di satu pihak pada dirinya anak ada dorongan  naluriah untuk bergiat, aktif dinamis, banyak bergerak dan berbuat;  tetapi di pihak lain anak­ dikekang ketat oleh disiplin mati di sekolah serta sistem regimentasi dan sistem sekolah-dengar.  Ada  pula guru yang kurang simpatik, sedikit memiliki de­dikasi pada  profesi, dan tidak menguasai didaktik-metodik mengajar. Tidak jarang  profesi guru/dosen dikomersialkan, dan pe­ngajar hanya  berkepentingan dengan pengoperan materi ajaran belaka. Perkembangan  kepribadian anak sama sekali tidak diperhatikan oleh guru, sebab mereka  lebih berkepentingan dengan ­masalah mengajar atau mengoperkan informasi  belaka.
c. Media elektronik   Tv,  video, film dan sebagainya nampaknya ikut berperan merusak mental  remaja, padahal mayoritas ibu-ibu yang sibuk menyuruh anaknya menonton  tv sebagai upaya menghindari tuntutan anak yang tak ada habisnya. Sebuah  penelitian lapangan yang pernah dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa  film-film yang memamerkan tindak kekerasan sangat berdampak buruk pada  tingkah laku remaja. Anak yang sering menonton film-film keras lebih  terlibat dalam tindak kekerasan ketika remaja dibandingkan dengan  teman-temannya yang jarang menonton film sejenis. Polisi Amerika  menyebutkan bahwa sejumlah tindak kekerasan yang pernah    ditangani  polisi ternyata dilakukan oleh remaja persis sama dengan adegan-adegan  film yang ditontonnya. Ternyata anak meniru dan mengindentifikasi  film-film yang ditontonnya.
d.      Pengaruh pergaulan  Di  usia remaja, anak mulai meluaskan pergaulan sosialnya dengan teman-tema  sebayanya. Remaja mulai betah berbicara berjam jam melalui telefon.  Topik pembicaraan biasanya seputar pelajaran, film, tv atau membicarakan  cowok/ cewek yang ditaksir dsb.  Hubungan  sosial di masa remaja ini dinilai positif karena bisa mengembangkan  orientasi remaja memperluas visi pandang dan wawasan serta menambah  informasi, bahkan dari hubungan sosial ini remaja menyerap nilai-nilai  sosial yang ada di sekelilingnya. Semua ­faktor ini menjadi penyokong  dalam pembentukan kepribadiannya dan menambah rasa percaya diri karena  pengaruh pergaulan yang begitu besar pada diri remaja, maka hubungan  remaja dengan teman sebayanya menentukan kualitas remaja itu. Kalau ini  disadari oleh remaja, maka dengan sadar remaja akan menyeleksi teman  pergaulannya.